Manusia bukanlah makluk hidup yang tertua di bumi ini. Dilansir dari Wikipedia.org, diperkirakan spesies manusia modern baru hadir 200.000 tahun yang lalu. Sedangkan bumi telah ada sejak 4,5 miliar tahun yang lalu. Dalam skala itu, manusia merupakan spesies yang baru di planet ini.
Namun, yang agak mengagetkan, manusia justru berkembang dengan sangat pesat hingga menjadi puncak dari perabadan mahluk hidup. Peradaban yang telah berkembang itu membawa pengaruh besar pada bumi, entah buruk atau baik.
Semua hal itu berkat satu faktor besar yang dimiliki dan diunggulkan oleh manusia, yaitu akal pikiran. Dengan adanya akal pikiran, manusia dapat berpikir dengan bebas dan tak terbatas tentang apa pun yang mereka inginkan dan butuhkan. Pikiran itulah yang membuat manusia berbeda dengan mahluk hidup lain yang hanya mengikuti naluri dan insting untuk bertahan hidup. Apalagi manusia diberi kuasa untuk menginginkan yang lebih, bahkan berlebih-lebihan.
Hingga tanpa disadari, manusia lupa pada budi dan nuraninya yang menjadi alat untuk mengendalikan segala keinginannya. Akibatnya, manusia telah menghancurkan tanah kehidupannya, karena dibutakan oleh ego dan arogansinya. Hal inilah yang membuat jarak pandang manusia menjadi pendek, sebab hanya melihat keuntungan dan kenikmatan yang temporer.
Jadi, mengapa hal itu bisa terjadi? Apa yang membuat manusia hanya berpikir sebatas keinginan dan kepentingan raga belaka?
Bukankah hal itu sama saja dengan hewan yang hanya bertahan hidup dengan naluri atau instingnya belaka?
Di sinilah arti penting dan mendesaknya untuk membahas tentang akal budi dan hati nurani, yang juga merupakan dimensi pokok dalam kehidupan manusia.
Mengutip dari Media Indonesia dan Jagokata, akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu dan mencari jalan atau cara untuk melakukan daya upaya ikhtiar. Sedangkan budi adalah alat batin yang merupakan panduan bagi akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk, atau benar dan salah.
Maka, akal menjadi buah kepintaran yang tidak memandang aspek lain selain kepintaran itu sendiri. Tetapi, budi membawa nurani ke dalam kepintaran dan membuat proses pikir manusia menjadi lebih berbobot dalam menimbang segala sesuatu sehingga tidak menjadi liar atau tanpa kendali (membabi-buta).
Kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Sebab keduanya merupakan satu kesatuan. Itulah mengapa akal budi berperan sangat penting dalam menghadirkan suatu perubahan.
Perubahan dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan skala. Semua hal itu dapat menumpuk, dan menciptakan suatu efek kupu-kupu yang harapannya dapat membawa pembaruan dari hal-hal kecil dan sederhana, namun malah menimbulkan beragam kekacauan atau kesimpang-siuran.
Salah satunya adalah kebebasan berbicara yang di saat ini berkembang dengan amat pesat. Dari masa Orde Baru yang begitu otoriter dan pada masa pasca Reformasi yang bebas tanpa syarat, hingga sekarang ini yang bebas asal sesuai aturan atau hukum yang berlaku, kebebasan untuk bersuara atau berpendapat telah diakui dan dihargai.
Tetapi, hal itu juga dapat membuat beragam petaka. Buktinya, unsur-unsur erotis dan pornografis dengan mudah beredar dan tak mudah untuk dikendalikan. Bahkan, berbagai berita yang lebih vulgar dan gamblang, seperti berita tentang kekerasan, dapat diunggah melalui beraneka saluran media sosial (medsos).
Dengan adanya hal itu, bermacam fenomena baru, seperti cancel culture (boikot massal), hoax (pembohongan publik), atau buzzer (provokator), dapat ditemukan dengan mudah. Semuanya merupakan hal yang sangat berbahaya dan dapat merusak karir, bahkan segala kesuksesan dalam kehidupan siapapun juga.
Tak terkecuali, artis pop besar yang terkena boikot alias cancel culture bernama Ye, atau lebih dikenal dengan Kanye West. Dilansir dari ndtv.com pada 15 Oktober 2022, Kanye West mencuitkan suatu komentar di twitter yang mengungkit kembali kasus kematian George Floyd pada tahun 2020 lalu yang mengaitkannya dengan masalah narkoba, bukan karena kekerasan berlatarbelakang rasisme. Bahkan dia juga sempat mencuitkan komentar yang berunsur anti semitisme.
Akibatnya, Twitter dan Instagram mengunci akun Ye tanpa batas waktu yang diketahui, meski saat ini akun itu sudah dipulihkan kembali.
Tapi, yang justru tak terduga adalah beberapa perusahaan besar yang memutus kontrak besar dengan Kanye, mulai dari Adidas, GAP, dan Balenciaga. Karena pemutusan tersebut penghasilannya menurun menjadi hanya $400 juta yang sebelumnya, menurut Forbes, mencapai sekitar $2 milyar.
Dari kejadian seperti itu, dapat ditarik sebuah pelajaran berharga bahwa akal pikiran dapat menumpulkan, bahkan melumpuhkan, kehidupan akibat tidak diasah dengan kejernihan akal budi dan kebeningan hati nurani. Dengan kata lain, tiadanya daya kritis yang mampu mengendalikan pikiran hanya akan menjerumuskan kehidupan ke dalam sumur tanpa dasar dalam bentuk kesombongan, bahkan kesesatan berpikir belaka.
Oleh sebab itu, di zaman yang sudah saling terhubung dengan teknologi internet misalnya, diperlukan kekritisan dalam bertindak dan berpikir dengan selalu memberdayakan akal budi dan hati nurani. Hanya dengan cara itulah, kehidupan yang sudah semakin kacau balau ini dapat diselamatkan.
Penulis : Kristoforus Rizkiano Tembang Langit, Siswa SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta
Ikuti Idenera di Google News.
Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com
Tinggalkan Balasan